15 Maret 2016

Asuhan Keperawatan (Askep) Fraktur atau Patah Tulang

FRAKTUR atau PATAH TULANG

A. Pengertian


Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2006 ; Mansjoer, 2000).
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh karena trauma atau kekuatan fisik (Price & Wilson, 2006).

Klasifikasi fraktur :

1. Fraktur tertutup (closed) adalah apabila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
2. Fraktur terbuka (open atau compound) adalah apabila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.




Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat :

a. Derajat I

1). Luas luka < 1 cm
2). Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk
3). Fraktur sederhana, transversal. oblik atau kominutuf ringan
4). Kontaminasi minimal

b. Derajat II

1). Luas luka > 1 cm
2). Kerusakan jaringan lunak tidak luas
3). Fraktur kominutif sedang
4). Kontaminasi sedang

c. Derajat III


Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputu struktur kulit, otot serta neurovascular dan kontaminasi derajat tinggi.

baca juga :
Askep glukoma


Deskripsi Fraktur


Untuk menjelaskan keadaan fraktur, hal yang perlu dideskripsikan yaitu :

1. Fraktur komplit atau tidak komplit

a. Fraktur Komplit : bila garis patah melalui seluruh penampang tulang / melalui kedua korteks tulang.
b. Fraktur inkomplit : tidak membagi tulang menjadi 2 dikarenakan patahan hanya terjadi pada sebagian sisi tulang

2. Bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma

a. Garis patah melintang : trauma angulasi / langsung
b. Garis patah oblik : trauma angulasi
c. Garis patah spiral : trauma rotasi
d. Fraktur kompresi : trauma aksial - fleksi pada tulang spongiosa
e. Fraktur avulsi : trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya di tulang, misalnya fraktur pada patella.

3. Jumlah garis patah

a. Fraktur kominutif : garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan
b. Fraktur segmental : garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan, bila dua garis patah disebut Bifocal
c. Fraktur multiple : garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya misalnya: fraktur femur, Cruris serta tulang belakang

4. Bergeser atau tidak bergeser

a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser) garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser, periostenium masih utuh
b. Fraktur Displaced (bergeser) terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur

5. Terbuka - tertutup

6. Komplikasi atau tanpa komplikasi

Komplikasi dapat berupa komplikasi dini / lambat, lokal / sistemik, oleh trauma / akibat pengobatan.


Proses Penyembuhan Tulang :

1. Formasi Hematom

Dalam 24 jam proses penghentian perdarahan terjadi. Fibrin terbentuk untuk melindungi daerah fraktur. Kapiler baru terbentuk, kemudian suplai darah meningkat setelah 24 jam. Daerah yang terluka diinvasi oleh makrofag yang membersihkan area, kemudian terjadi peradangan, penebalan, serta nyeri. Perbaikan pada tahap ini ditandai dengan penurunan rasa nyeri serta penebalan.

2. Proliferasi sel

Proliferasi terjadi setelah 5 hari, bersamaan dengan itu juga terjadi diferensiasi fibrokartilago, hyaline pada daerah fraktur menjadi osteogenesis, tulang membesar, sudah mulai terbentuk jembatan fraktur. Mulai juga terbentuk fibrin diantara clot, membuat jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast serta osteoblast. Fibroblast dan osteoblast menghasilkan kolagen serta proteoglikans untuk membentuk matrix kolagen di tempat fraktur, kemudian jaringan kartilago dan fibrosa berkembang.

3. Formasi Procallus

Sudah terbentuk matriks dan kartilago, antara matriks dan tulang sudah terbentuk jembatan, proses ini terjadi pada hari ke 6-10.

4. Ossifikasi

Terjadi kalus permanen yang kaku disebabkan terjadi deposi garam kalsium. Pertama terjadi pada eksternal kalus (antara korteks dan periosteum). Pada waktu 3 - 10 minggu kalus berubah menjadi tulang.

5. Konsolidasi dan remodeling


Terbentuk tulang yang kuat akibat aktivitas osteoblast dan osteoklast. Pembentukan tulang sesuai dengan hukum Wolff's : struktur tulang terbentuk sesuai dengan fungsinya yakni adanya tekanan dan tarikan. Waktu yang dibutuhkan sampai 1 tahun. Proses perkembangan pertumbuhan tulang dimonitor dengan pemeriksaan rontgen.

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur :
1. Imobilisasi fragmen tulang
2. Maksimum kontak dari fragmen tulang
3. Suplai darah yang adekuat
4. Nutrisi yang baik
5. Hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vitamin D, Steroid anabolik
6. Potensial elektrik

Faktor yang menghambat penyembuhan tulang :
1. Trauma lokasi yang luas
2. Bone loss
3. Imobilisasi yang tidak adekuat
4. adanya jarak atau jaringan fragmen tulang
5. Infeksi
6. Keganasan lokal
7. Penyakit metabolik tulang
8. Nekrosis
9. Usia
10. Kortikosteroid

B. Etiologi

Fraktur atau patah tulang dapat disebabkan oleh :

1. Kecelakaan lalu lintas
2. Jatuh
3. Tumor
4. Infeksi
5. Osteoporosis
6. Olahraga
7. Beban berlebihan
8. Usia


C. Patofisiologi

Trauma yang menyebabkan patah tulang dapat berupa trauma langsung misalnya benturan pada lengan baawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna. Dapat berupa trauma tidak langsung misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula / radius distal patah.

Akibat trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang yang disebut patah tulang terbuka. Patah tulang didekat sendi / mengenai sendi dapat menyebabkan patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.




D. Manifestasi Klinis

1. Adanya nyeri tekan
2. Bengkak
3. Gerakan terbatas
4. Krepitasi
5. Adanya deformitas tulang
6. Adanya gangguan fungsi organ

E. Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan pemeriksaan radiologi untuk mengetahui lokasi dan berat ringannya fraktur.

F. Penatalaksanaan Medis


Fraktur biasanya menyertai trauma, untuk itu penting melakukan pemeriksaan terhadap jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), dan sirkulasi (circulation), Apakah terjadi syik atau tidak. Bila dinyatakan sudah tidak ada masalah lagi baru dilakukan anamnesa serta pemeriksaan fisik secara terperinci, cepat , singkat, dan lengkap. Tanyakan waktu terjadinya kecelakaan mengingat golden period 1- 6 jam. Lakukan foto radiologi & pemasangan bidai untuk mengurangi rasa sakit & mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat.

Pengobatan Fraktur :


1. Dengan proteksi tanpa imobilisai

Misalnya : patah tulang rusuk, patah tulang klavikula pada anak & pada patah tulang vertebra dengan kompresi minimal.
2. Imobilisasi dengan fiksasi/ imobilisasi luar tanpa reposisi tetapi tetap memerlukan imobilisasi supaya tidak terjadi dislokasi fragmen, misalnya : patah tulang tungkai bawah tanpa dislokasi yang berarti.
3. Reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan imobilisasi, misalnya patah tulang radius distal.
4. Reposisi dengan traksi terus menerus selama masa tertentu, diikuti dengan imobilisasi.
5. Reposisi diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar (fiksator ekstern).
6. Reposisi secara non operatif diikuti dengan pemasangan fiksasi dalam pada tulang secara operatif (pemasangan pen), misalnya patah tulang kolum femur. 
7. Reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi patah tulang dengan pemasangan fiksasi interna (pemasangan pen / plat dengan skrup), misalnya : patah tulang femur, tibia, humerus, lengan bawah.
8. Eksisi fragmen patahan tulang & menggantinya dengan protesis, yang dilakukan pada patah tulang femur tidak dapat menyambung kembali.

G. Komplikasi

1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan arteri
b. Kompartemen Sindrom
c. Fat embolism sindrom
d. Infeksi
e. Avaskuler nekrosis
f. Syok

2. Komplikasi dalam waktu lama
a. Delayed union
b. Nonunion
c. Malunion

H. Pathway




I. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

b. Riwayat Kesehatan

1). Keluhan Utama
2). Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
3). Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
4). Riwayat Penyakit Keluarga

c. Pola Fungsional Kesehatan (GORDON)

1). Pemeliharaan Kesehatan
2). Pola Nutrisi dan Metabolik
3). Pola Eliminasi
4). Aktivitas dan Latihan
5). Pola Persepsi dan Kognitif
6). Pola Istirahat dan Tidur
7). Konsep DIri
8). Pola Peran dan Hubungan
9). Pola Reproduksi dan Seksual
10). Pola Pertahanan dan Koping
11). Keyakinan dan Nilai

d. Pemeriksaan Fisik (head to toe)

1). Keadaan Umum
2). Tanda-tanda Vital (TTV)
3). Pemeriksaan Head to toe :
a). Kepala dan leher
b). Dada dan Thorax
c). Adomen
d). Genitalia
e). Ekstremitas

e. Pemeriksaan Penunjang

f. Terapi (medis atau herbal)

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan & tulang
b. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (trauma jaringan)
c. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuluskeletal dan neuromuskular
d. Resiko syok hipovolemik


DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta :EGC, 2001 (buku asli diterbitkan tahun 1996)
Doengoes, M. E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans : Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa : Kariasa, I.M. Jakarta : EGC, 2000 (buku asli diterbitkan tahun 1993)

Artikel Terkait

Asuhan Keperawatan (Askep) Fraktur atau Patah Tulang
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email

2 komentar

19 Maret 2016 pukul 09.37 delete

nice gan bsa jadi masukan bidang keperawatan

Reply
avatar
19 Maret 2016 pukul 15.07 delete

mantap berita kesehatannya.
thank gan

Reply
avatar

Komentar cerdas dan bermanfaat....