05 Maret 2016

Asuhan Keperawatan (Askep) Cedera Kepala / Trauma Kepala

ASKEP CEDERA KEPALA



A. Pengertian

Cedera kepala adalah adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan dan perlambatan (accelerasi - decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, dan notasi yakni pergerakan pada kepala dirasakan oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan (Samsuhidayat, 2006).

The Traumatic Coma Data Bank, mengklasifikasikan derajat trauma kepala berdasarkan nilai dari Glasgow Coma Scale (GCS) nya, yakni :

1. Cedera Kepala Ringan

Karakteristiknya :

a. Nilai GCS = 13 - 15
b. Mungkin bisa terjadi penurunan kesadaran atau disebut amnesia, < 30 menit
c. Tidak terjadi fraktur cranial, kontusio, maupun hematoma

2. Cedera Kepala Sedang

Karakteristiknya :

a. Nilai GCS = 9 - 12
b. Tidak sadar atau mengalami amnesia, > 30 menit, tapi < 24 jam
c. Kemungkinan terdapat fraktur cranial

3. Cedera Kepala Berat

Karakteristiknya :

a. Nilai GCS = 3 - 8
b. Tidak sadar atau mengalami amnesia > 24 jam
c. Terdapat kontusio serebri, laserasi dan hematoma intraserebral


B. ETIOLOGI


Penyebab utama dari trauma kepala atau cedera kepala adalah kecelakaan lalu lintas meliputi kendaraan bermotor baik sepeda motor maupun mobil yang biasanya disertai dengan kasus penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang. Penyebab lainnya bisa juga jatuh dari ketinggian, korban kejahatan, dan akibat dari olahraga yang tidak aman.

Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler akan menyebabkan pembuluh darah arteriol berkontraksi. Pengaruh dari persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.

Cedera kepala menurut patofisiologi dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Cedera Kepala Primer

Akibat langsung pada mekanisme dinamik (accelerasi - decelerasi rotasi) yang menyebabkan pada gangguan jaringan.

Pada cedera primer dapat terjadi :

a. Gegar kepala ringan
b. Memar otak
c. Laserasi

2. Cedera Kepala Sekunder

Perdarahan yang sering ditemukan :

a. Epidoral Hematoma

Terdapat pengumpulan darah di antara tulang tengkorak serta durameter disebabkan pecahnya pembuluh darah atau cabang-cabang arteri meningeal media yang terdapat di duramater, pembuluh darah ini tidak dapat menutup sendiri oleh sebab itu sangat berbahaya. Dapat terjadi dalam beberapa jam sampai 1 atau 2 hari. Lokasi paling sering yakni di lobus temporalis serta parietalis.

Gejala-gejala yang terjadi :

1). Penurunan tingkat kesadaran
2). Nyeri kepala
3). Muntah
4). Hemiparesis
5). Dilatasi pupil ipsilateral
6). Pernafasan dalam cepat kemudian dangkal dan irreguler
7). Penurunan nadi
8). Peningkatan suhu

b. Subdural Hematoma

Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan otak, bisa terjadi akut dan kronik. Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah vena atau jembatan vena yang biasanya terdapat diantara duramater, perdarahan lambat dan sedikit. Periode akut terjadi dalam 48 jam sampai 2 hari atau 2 minggu dan kronik dapat terjadi dalam 2 minggu atau beberapa bulan.

Tanda-tanda dan gejalanya adalah :

1). Nyeri kepala
2). Penurunan kesadaran
3). Komplikasi pernafasan
4). Hemiplegia kontra lateral
5). Dilatasi pupil
6). Perubahan tanda-tanda vital (TTV)
7). Perdarahan subarachnoid

Perdarahan didalam rongga subarachnoid akibat robeknya pembuluh darah dan permukaan otak, hampir selalu ada pada cedera kepala yang hebat.

Tanda dan gejalanya :

1). Nyeri kepala
2). Penurunan kesadaran
3). Hemiparese
4). Dilatasi pupil ipsilateral
5). Kaku kuduk

D. Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala trauma atau cedera kepala akan sangat berbeda tergantung dari lokasi dan derajat trauma itu sendiri. Tanggung jawab perawat adalah mengkaji data dasar guna mendeteksi dan mencegah terjadinya : 

1. Peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK)
2. Hipotensi Sistemik
3. Hipoksia
4. Hipercapnia (mengindikasikan peningkatan Co2)

E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus, tetapi untuk monitoring kadar O2 dan Co2 dalam tubuh dilakukan pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD), pemeriksaan DPL, glukosa dan elektrolit untuk memantau keadaan hemodinamik dan keseimbangan elektrolit.

2. Pemeriksaan radiologi

a. CT scan: mengidentifikasi adanya SOL, hemoragik, menentukan pergeseran jaringan otak
b. Rontgen Kranial : mendeteksi adanya fraktur, pergeseran struktur tulang
c. Rontgen Cervical : mendeteksi adanya fraktur dan dislokasi cervikal
d. MRI : sama dengan CT scan dengan atau tanpa kontras
e. Angiografi serebral : menunjukan kelainan sirkulasi serebral dan perdarahan
f. Lumbal pungsi : mengetahui kemungkinan adanya perdarahan subarahnoid

F. Penatalaksanaan Medik

Menurut Luckman & Sorensen (1987), secara umum prinsip penanganan klinik pada cedera kepala adalah sebagai berikut :

1. Pastikan jalan nafas adekuat
2. Cegah aspirasi
3. Awasi tanda-tanda syok seperti: nadi, tekanan darah, dan suhu
4. Cek adanya injury spinal
5. Awasi adanya injury tulang tengkorak
6. Cegah terjadinya infeksi
7. Awasi adanya kebocoran CSF
8. Awasi status neurologis dan tanda-tanda vital (TTV) secara erkala
9. Awasi adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial (TIK)
10. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, asam basa, intake serta output
11. Observasi adanya kejang, serta cegah terjadinya kejang
12. Lakukan bed rest, cegah komplikasi dari bed rest dan penurunan kesadaran
13. awasi adanya tanda-tanda sequele

G. Komplikasi

Komplikasi dari cedera kepala adalah :

1. Peningkatan Tekanan Intra Kranial

Dapat menyebabkan penekanan pada batang otak, herniasi sampai teerjadi kematian.

2. Edema paru

Vasokonstriksi yang terjadi pada tubuh sebagai akibat dari peningkatan TIK mengakibatkan meningkatnya volume darah yang masuk ke dalam paru-paru, sehingga terjadi gangguan pertukaran gas O2 dan Co2 pada paru.

3. Kejang

Komlikasi kejang sering terjadi pada trauma tusuk kepala, intracerebral hematom, subdural hematom, dan fraktur depresi tulang tengkorak.

4. Kebocoran CSF

Komplikasi ini paling jarang terjadi, kebocoran ini dikarenakan adanya fraktur pada fossa anterior di daerah dekat sinus yang berasal dari fraktur basis krani.

H. Pathway





I. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas pasien

b. Pengkajian primer

1). Airway
2). Breathing
3). Circulation
4). Disability
5). Exposure

c. Pengkajian sekunder


1). Riwayat Kesehatan (Riwayat penyakit sekarang (RPS), riwayat penyakit dahulu (RPD), Riwayat pengobatan, riwayat alergi, riwayat keluarga)
2). Pemeriksaan fisik (Head to toe)
3). Pemeriksaan penunjang
4). Therapi (farmakologik dan non farmakologik)

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

a. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan tidak sebanding antara ventilasi dengan aliran darah ke otak.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromuskular akibat hipoksia
c. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromuscular akibat penumpukan sekret
d. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK.



DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta :EGC, 2001 (buku asli diterbitkan tahun 1996)
Doengoes, M. E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans : Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa : Kariasa, I.M. Jakarta : EGC, 2000 (buku asli diterbitkan tahun 1993)

Artikel Terkait

Asuhan Keperawatan (Askep) Cedera Kepala / Trauma Kepala
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email

2 komentar

5 Maret 2016 pukul 22.35 delete

Keren artikelnya
http://galerifotokpop.blogspot.com/

Reply
avatar
5 Maret 2016 pukul 23.42 delete

bagus bermafaat sekali nih :)

Reply
avatar

Komentar cerdas dan bermanfaat....